BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Tugas manusia yang pertama adalah menjadi hamba Allah
yang taat, sebagaimana firman Allah dalam Al Quran Surat Adz-Dzariyat 56, yang
artinya: ”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mengabdi (ibadah) kepada-Ku.“ Manusia diperintah untuk beribadah hanya
kepada Allah, karena tidak ada tuhan selain Dia.“Sembahlah Allah,
sekali-kali tak ada tuhan bagimu selain-Nya”(Q.S. Al-A’raaf: 59).
Dalam rangka menjalani tugasnya tersebut, Allah telah membekali
dengan ilmu pengetahuan, Inilah cikal bakal ilmu pengetahuan yang diajarkan
kepada manusia pertama dari Sang Pemilik Ilmu. Selain kepada Nabi Adam AS.,
Allah SWT juga memberikan hikmah (kenabian, kesempurnaan ilmu dan ketelitian
amal perbuatan) kepada para nabi dan rasulnya. Kepada sebagian rasul pula,
Allah menurunkan kitab suci sebagai sumber ilmu pengetahuan..
Pada dasarnya, sistem pendidikan Islam didasarkan pada sebuah
kesadaran bahwa setiap Muslim wajib menuntut ilmu dan tidak boleh
mengabaikannya. Banyak nash al-Qur’an maupun hadits Nabi yang menyebutkan juga
keutamaan mencari ilmu dan orang-orang yang berilmu. Sesungguhnya
motivasi seorang Muslim untuk mencari ilmu adalah dorongan ruhiyah, bukan untuk
mengejar faktor duniawi semata.
Sesuai dengan latar belakang di atas maka dalam judul makalah ini
adalah “Konsep Pendidik Dalam Al-Qur’an Dan Hadist’ yang
nantinya akan menjadi beberapa rumusan masalah.
B. Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana konsep pendidikan islam ?
2.
Bagaimana ayat-ayat Alquran tentang konsep pendidik
dalam pendidikan islam ?
3.
Bagaimana analisis ayat Al-Qur’an tentang pendidik
dalam pendidikan islam ?
4.
Bagaimana hadits – hadits tentang konsep pendidik dalam pendidikan islam ?
5.
Bagaimana analisis Hadist tentang konsep
pendidik dalam pendidikan islam ?
C. Tujuan
Pembahasan
1.
Menjelaskan konsep pendidikan islam
2.
Menjelaskan
ayat-ayat Alquran tentang konsep pendidik dalam pendidikan islam
3.
Menjelaskan analisis ayat Al-Qur’an tentang
pendidik dalam pendidikan islam
4.
Menjelaskan hadits – hadits tentang konsep pendidik dalam pendidikan islam
5.
Menjelaskan analisis Hadist tentang konsep
pendidik dalam pendidikan islam
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep Pendidikan Islam
Secara garis besar, konsepsi pendidikan dalam Islam adalah
mempertemukan pengaruh dasar dengan pengaruh ajar. Pengaruh pembawaan dan
pengaruh pendidikan diharapkan akan menjadi satu kekuatan yang terpadu yang
berproses ke arah pembentukan kepribadian yang sempurna. Oleh karena itu,
pendidikan dalam Islam tidak hanya menekankan kepada pengajaran yang berorientasi
kepada intelektualitas penalaran, melainkan lebih menekankan kepada pendidikan
yang mengarah kepada pembentukan kepribadian yang utuh dan bulat.
Dalam kaitan pembahasan tentang konsep pendidikan maka tak akan
lepas dari beberapa komponen salahsatunya adalah kurikulum. Dalam UU No. 20
Tahun 2003 Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan sebuah pengaturan
berkaitan dengan tujuan, isi, bahan ajar dan cara yang digunakan sebagai
pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai sebuah tujuan
pendidikan nasional.
Untuk mencapai kesempurnaan dalam pembentukan individu dalam
proses belajar mengajar. Maka di harapkan dalam proses pendidikan harus adanya
seorang pendidik atau seorang guru yang berkompeten. Menurut Muhaimin, kompetensi adalah seperangkat tindakan intelegen
penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk
dianggap mampu melaksankan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Sifat
intelegen harus ditunjukan sebagai kemahiran, ketetapan, dan keberhasilan bertindak.
Kepmendiknas nomor 16 Tahun 2007 menetapkan standar kompetensi guru yang
dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi : kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial, dan profesional. Penjelasan keempat kompetensi ini secara
ringkas dijelaskan sebagai berikut :
1.
Kompetensi
pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran.
2.
Kompetensi
kepribadian adalah adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia,
arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik.
3.
Kompetensi
sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara
efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta
didik, dan masyarakat sekitar.
4.
Kompetensi
profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan
mendalam.
B.
ayat-ayat Alquran
tentang konsep pendidik dalam pendidikan islam
1.
Qs. Al Fathir ayat 28
ÆÏBur Ĩ$¨Z9$# Å_U!#ur¤$!$#ur ÉO»yè÷RF{$#ur ì#Î=tFøèC ¼çmçRºuqø9r& Ï9ºxx. 3 $yJ¯RÎ) Óy´øs ©!$# ô`ÏB ÍnÏ$t6Ïã (#às¯»yJn=ãèø9$# 3 cÎ) ©!$# îÍtã îqàÿxî .
Artinya : Dan demikian
(pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak
ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada
Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun.
2. Qs. Ali Imron ayat
190
cÎ) Îû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur É#»n=ÏF÷z$#ur È@ø©9$# Í$pk¨]9$#ur ;M»tUy Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÉÈ
Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit
dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal,
3. Qs. An Nahl ayat 43
!$tBur $uZù=yör& ÆÏB y7Î=ö6s% wÎ) Zw%y`Í ûÓÇrqR öNÍkös9Î) 4 (#þqè=t«ó¡sù @÷dr& Ìø.Ïe%!$# bÎ) óOçGYä. w tbqçHs>÷ès? ÇÍÌÈ
Artinya : Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu,
kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah
kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak mengetahui,
4.
Qs. Ali Imron ayat 7
uqèd üÏ%©!$# tAtRr& y7øn=tã |=»tGÅ3ø9$# çm÷ZÏB ×M»t#uä ìM»yJs3øtC £`èd Pé& É=»tGÅ3ø9$# ãyzé&ur ×M»ygÎ7»t±tFãB ( $¨Br'sù tûïÏ%©!$# Îû óOÎgÎ/qè=è% Ô÷÷y tbqãèÎ6®Kusù $tB tmt7»t±s? çm÷ZÏB uä!$tóÏGö/$# ÏpuZ÷GÏÿø9$# uä!$tóÏGö/$#ur ¾Ï&Î#Írù's? 3 $tBur ãNn=÷èt ÿ¼ã&s#Írù's? wÎ) ª!$# 3 tbqãź§9$#ur Îû ÉOù=Ïèø9$# tbqä9qà)t $¨ZtB#uä ¾ÏmÎ/ @@ä. ô`ÏiB ÏZÏã $uZÎn/u 3 $tBur ã©.¤t HwÎ) (#qä9'ré& É=»t6ø9F{$# ÇÐÈ
Artinya : Dia-lah yang menurunkan Al kitab (Al
Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, Itulah
pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun
orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti
sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah
untuk mencari-cari ta'wilnya, Padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya
melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami
beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan
kami." dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan
orang-orang yang berakal.
.5.
Qs. Al Isra’ ayat 105
Èd,ptø:$$Î/ur çm»oYø9tRr& Èd,ptø:$$Î/ur tAttR 3 !$tBur y7»oYù=yör& wÎ) #ZÅe³u;ãB #\ÉtRur ÇÊÉÎÈ
Artinya : dan Kami turunkan (Al Quran) itu
dengan sebenar-benarnya dan Al Quran itu telah turun dengan (membawa) kebenaran.
dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan sebagai pembawa berita gembira dan
pemberi peringatan.
6.
Qs. Taha ayat 54 dan 128
(#qè=ä. (#öqtãö$#ur öNä3yJ»yè÷Rr& 3 ¨bÎ) Îû y7Ï9ºs ;M»tUy Í<'rT[{ 4sSZ9$# ÇÎÍÈ
Artinya : Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu.
Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi
orang-orang yang berakal.
öNn=sùr& Ïöku öNçlm; öNx. $uZõ3n=÷dr& Nßgn=ö7s% z`ÏiB Èbrãà)ø9$# tbqà±øÿs Îû öNÍkÈ]Å3»|¡tB 3 ¨bÎ) Îû y7Ï9ºs ;M»tUy Í<'rT[{ 4sSZ9$# ÇÊËÑÈ
Artinya : Maka tidakkah menjadi petunjuk bagi
mereka (kaum musyrikin) berapa banyaknya Kami membinasakan umat-umat sebelum
mereka, Padahal mereka berjalan (di bekas-bekas) tempat tinggal umat-umat itu?
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang yang
berakal.
7.
Qs. Al Baqoroh ayat 31
zN¯=tæur tPy#uä uä!$oÿôF{$# $yg¯=ä. §NèO öNåkyÎztä n?tã Ïps3Í´¯»n=yJø9$# tA$s)sù ÎTqä«Î6/Rr& Ïä!$yJór'Î/ ÏäIwàs¯»yd bÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÌÊÈ
Artinya : Dan Dia mengajarkan kepada Adam
Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para
Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika
kamu mamang benar orang-orang yang benar!"
8.
qs. Ali Imron ayat 79
$tB tb%x. @t±u;Ï9 br& çmuÏ?÷sã ª!$# |=»tGÅ3ø9$# zNõ3ßsø9$#ur no§qç7Y9$#ur §NèO tAqà)t Ĩ$¨Z=Ï9 (#qçRqä. #Y$t6Ïã Ík< `ÏB Èbrß «!$# `Å3»s9ur (#qçRqä. z`¿ÍhÏY»/u $yJÎ/ óOçFZä. tbqßJÏk=yèè? |=»tGÅ3ø9$# $yJÎ/ur óOçFZä. tbqßâôs? ÇÐÒÈ
Artinya : tidak wajar bagi seseorang manusia
yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, Hikmah dan kenabian, lalu Dia berkata
kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan
penyembah Allah." akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi
orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al kitab dan disebabkan
kamu tetap mempelajarinya.
9.
Qs. Al Baqoroh ayat 151
!$yJx. $uZù=yör& öNà6Ïù Zwqßu öNà6ZÏiB (#qè=÷Gt öNä3øn=tæ $oYÏG»t#uä öNà6Ïj.tãur ãNà6ßJÏk=yèãur |=»tGÅ3ø9$# spyJò6Ïtø:$#ur Nä3ßJÏk=yèãur $¨B öNs9 (#qçRqä3s? tbqßJn=÷ès? ÇÊÎÊÈ
Artinya : sebagaimana (kami telah menyempurnakan
nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang
membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan
kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum
kamu ketahui.
10.
Qs. Al Hasyr ayat 2
uqèd üÏ%©!$# ylt÷zr& tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. ô`ÏB È@÷dr& É=»tGÅ3ø9$# `ÏB öNÏdÌ»tÏ ÉA¨rL{ Îô³ptø:$# 4 $tB óOçF^oYsß br& (#qã_ãøs ( (#þqZsßur Oßg¯Rr& óOßgçGyèÏR$¨B NåkçXqÝÁãm z`ÏiB «!$# ãNßg9s?r'sù ª!$# ô`ÏB ß]øym óOs9 (#qç7Å¡tGøts ( t$xs%ur Îû ãNÍkÍ5qè=è% |=ôã9$# 4 tbqç/Ìøä NåksEqãç/ öNÍkÏ÷r'Î/ Ï÷r&ur tûüÏZÏB÷sßJø9$# (#rçÉ9tFôã$$sù Í<'ré'¯»t Ì»|Áö/F{$# ÇËÈ
Artinya :
Dia-lah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli kitab dari
kampung-kampung mereka pada saat pengusiran yang pertama. kamu tidak menyangka,
bahwa mereka akan keluar dan merekapun yakin, bahwa benteng-benteng mereka
dapat mempertahankan mereka dari (siksa) Allah; Maka Allah mendatangkan kepada
mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. dan Allah
melemparkan ketakutan dalam hati mereka; mereka memusnahkan rumah-rumah mereka
dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang mukmin. Maka ambillah
(Kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, Hai orang-orang yang mempunyai wawasan.
11.
Qs. Yusuf 108
ö@è% ¾ÍnÉ»yd þÍ?Î6y (#þqãã÷r& n<Î) «!$# 4 4n?tã >ouÅÁt/ O$tRr& Ç`tBur ÓÍ_yèt6¨?$# ( z`»ysö6ßur «!$# !$tBur O$tRr& z`ÏB úüÏ.Îô³ßJø9$# ÇÊÉÑÈ
Artinya
: Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang
mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci
Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik".
12.
Qs. An Nisa’ ayat 63
y7Í´¯»s9'ré& úïÉ©9$# ãNn=÷èt ª!$# $tB Îû óOÎhÎ/qè=è% óÚÌôãr'sù öNåk÷]tã öNßgôàÏãur @è%ur öNçl°; þ_Îû öNÎhÅ¡àÿRr& Kwöqs% $ZóÎ=t/ ÇÏÌÈ
Artinya : mereka itu adalah orang-orang yang
Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu
dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada mereka
Perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.
13.
Qs. At Taubah ayat 122
$tBur c%x. tbqãZÏB÷sßJø9$# (#rãÏÿYuÏ9 Zp©ù!$2 4 wöqn=sù txÿtR `ÏB Èe@ä. 7ps%öÏù öNåk÷]ÏiB ×pxÿͬ!$sÛ (#qßg¤)xÿtGuÏj9 Îû Ç`Ïe$!$# (#râÉYãÏ9ur óOßgtBöqs% #sÎ) (#þqãèy_u öNÍkös9Î) óOßg¯=yès9 crâxøts ÇÊËËÈ
Artinya : tidak sepatutnya bagi mukminin itu
pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan
di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang
agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
C.
Analisis Ayat – ayat Al-Qur’an
Tentang Konsep Pendidik dalam Pendidikan Islam
Dengan
memperhatikan ayat – ayat di atas, maka
susunan kosa kata yang bermakna pendidik (guru) dari yang pertama sampai yang
terakhir di dalam al-Quran adalah: ahl al-zikr, mubassyir wa nazir, ‘ulama,
al-muwaiz, uli al-nuha, mu’allim, al-muzakki, murabbi, al-rasikhuna fi
al-‘ilm, ulul albab, faqih, da’i dan uli
al-absar . Kosa kata yang secara eksplisit mengandung makna melakukan tugas
mendidik adalah mubasysyir wa nazir, muwaiz, mu’allim, murabbi, muzakki,
dan da’i. Sementara kosa kata lainnya yang mengandung makna keunggulan
atau kualitas personal atau kompetensi yang dimiliki seorang pendidik adalah ahl
al-zikr, ‘ulama, uli al-nuha, al-rasikhuna fi al-‘ilm, ulul albab,
faqih, dan ulil al-absar..
Berdasarkan
penelitian terhadap ayat-ayat yang memiliki makna yang jelas (sarīh)
tentang pekerjaan mendidik adalah mubasysyir wa nazir, al-muwa’iz, mu’allim,
murabbi, muzakki, dan da’i. Jika ayat-ayat yang mengandung
kosa kata tersebut dilihat dalam konteks pendidikan, maka seorang pendidik
adalah orang yang mendidik dan mengajar orang lain untuk memanusiakan manusia
(mensucikannya) dengan menginternalisasikan nilai-nilai kepada kepribadian
peserta didik terutama nilai-nilai tauhid, akhlak, ibadah dan mengajarkan
pengetahuan tentang berbagai hal. Sehingga dengan ilmu pengetahuan seperti itu
peserta didik akan terbimbing kepada jalan Tuhan. Bimbingan tersebut
dilaksanakan dengan hikmah, mauizah dan jidal al-ahsan. Sementara
pengetahuan yang dibimbingkan itu jika dikelompokkan dapat berbentuk
pengetahuan tentang ayat-ayat tanzili dan pengetahuan tentang ayat-ayat kauni.
Menurut
al-Quran, secara personal seorang pendidik adalah orang yang memiliki
kecerdasan spiritual, karena ia senantiasa zikir (mengingat) Allah dalam
keadaan apapun. Sebagai ahl al-zikr, ia memiliki pengetahuan sejarah
para Nabi (sirah) dan sejarah social umat terdahulu. Selain itu, seorang
pendidik adalah juga seorang ulama, yakni orang yang
kapabilitas keilmuannya bersepadu antara ilmu-ilmu ukhrawi dan duniawai.
Ilmunya utuh. Ia tidak mengenal dualisme keilmuan. Pengetahuannya tentang
kealaman, baik mikro atau makro kosmos disinari oleh pengetahuan keilahiannya.
Sebagai uli al-nuha ia memiliki spektrum pengetahuan yang luas. Tidak
hanya kealaman tetapi juga sejarah dan sosial. Penamaan lainnya seperti al-muzakki,
al-rasikhuna fi al-‘ilm, ulul albab, dan ulil al-absar juga
menegaskan kompetensi personal, juga kapasitas dan kapabilitas serta misi
propetis (nubuwwah) seorang pendidik.
Secara
khusus penulis perlu menyebutkan bahwa, berdasarkan inspirasi dari penjelasan Hamka
bahwa sebagai muzakki, seorang pendidik adalah orang yang bersih dari
kebodohan dan kerusakan akhlak, kotoran kepercayaan dan kemusyrikan. Dengan
kualitas seperti ini menurut Hamka, seorang muzakki diberi gelar sebagai
umat yang menempuh jalan tengah (moderat, pen.) di tengah umat-umat lain
yang misinya mengajarkan kepada manusia Kitab dan Hikmah, dan juga
hal-hal (perkara-perkara) yang selama ini tidak diketahui.
Seorang
pendidik yang juga dalam al-Quran diberi gelar rasikh fi al-‘ilm,
senantiasa memperdalam pengetahuannya dan berkonsistensi mengamalkannya. Hamka
menjelaskan bahwa seorang yang rasikh dalam ilmu semakin hari akan
semakin mengetahui hakikat ilmu, karena ia juga senantiasa membersihkan dirinya
dengan beribadah. Secara khusus, Hamka menjelaskan bahwa al-rasikhuna fi
al-‘ilm adalah:
orang
yang telah rasikh ilmunya, artinya telah dalam, telah berurat, telah
dianugerahi Tuhan segala kunci-kunci ilmu. Maka menurut kebiasaannya, apabila
orang yang telah amat mendalam ilmunya, mengakuilah dia akan kekurangannya.
Sebagaimana Imam Syafi’i yang termasuk barisan orang rasikh, pernah
berkata: Kullamā zādanī ‘ilman zādanī fahman bijahlī. “Tiap-tiap
Tuhan menambah ilmuku, bertambahlah aku faham akan kejahilanku.”
Al-Quran
yang juga sumber ilmu, menurut Hamka merupakan jamuan yang secara metodologis
dalam memahaminya memerlukan kekuatan dan ketekunan intelektual yang dalam dan
pemikiran yang bersungguh-sungguh. Dengan cara demikian, seorang ulama’
akan dapat menjadi warasat al-anbiyā`.
Sebagai
al-muwaiz al-waizin, mu’allim, murabbi, seorang pendidik memiliki
kompetensi paedagogik untuk membimbing, mengarahkan bahkan menurut al-Quran
menjaga peserta didik agar menjadi manusia-manusia yang muslimin,
mu’minin, muhsinin, muttaqin, sabirin, mutawakkilin, muqsitin, mukhlisin,
at-tawwabin, mutatahhirin, muflihin, dan lain-lain. Menurut ahli didik
Muslim, profil ideal kepribadian Muslim yang menjadi tujuan akhir pendidikan
Islam adalah insan kamil
Berdasarkan
penelusuran terhadap makna ayat yang mengandung kosa kata al-muwaiz
al-waizin, mu’allim, dan murabbi, maka dapat dirumuskan bahwa
guru harus memiliki kompetensi paedagogik yang:
a.
Mendidik dan mengembangkan kecerdasan iman dan takwa (spiritual) peserta didik.
b. Mendidik
dan mengembangkan kecerdasan akal-budi (intelektual) peserta didik.
c. Mendidik
dan mengembangkan sikap ihsan (kecerdasan sosial) peserta didik.
d. Mendidik
dan mengembangkan ketangkasan beramal (kecerdasan emosional) peserta didik.
e. Mendidik
dan mengembangkan prilaku hidup sehat dan bersih (kecerdasan kinestetis)
peserta didik.
f. Menjaga
peserta didik dari berbagai hal yang destruktif yang mengundang murka Allah
SWT.
D. Hadits
– hadits nabi tentang Konsep Pendidik dalam pendidikan islam
1. Mengembalikan Ilmu
kepada Allah ( Tawadhu’ )
عَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ - رضى الله عنهم - قَالَ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه
وسلم - عَنْ أَوْلاَدِ الْمُشْرِكِينَ فَقَالَ « اللَّهُ إِذْ خَلَقَهُمْ أَعْلَمُ
بِمَا كَانُوا عَامِلِين.) رواه البخارى ومسلم(
Artinya: Ibnu
Abbas r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. ditanya tentang anak-anak orang
yang musyrik. Lalu beliau menjawab: “Allah Maha Mengetahui apa
yang akan mereka kerjakan pada saat ia diciptakan”.(HR. Bukhari Muslim)
2.
Sifat Lemah lembut dan Kaih sayang
عَنْ أَبِي سُلَيْمَانَ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ
قَالَ أَتَيْنَا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ شَبَبَةٌ
مُتَقَارِبُونَ فَأَقَمْنَا عِنْدَهُ عِشْرِينَ لَيْلَةً فَظَنَّ أَنَّا
اشْتَقْنَا أَهْلَنَا وَسَأَلَنَا عَمَّنْ تَرَكْنَا فِي أَهْلِنَا
فَأَخْبَرْنَاهُ وَكَانَ رَفِيقًا رَحِيمًا فَقَالَ ارْجِعُوا إِلَى أَهْلِيكُمْ
فَعَلِّمُوهُمْ وَمُرُوهُمْ وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي وَإِذَا
حَضَرَتْ الصَّلاَةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ ثُمَّ لِيَؤُمَّكُمْ
أَكْبَرُكُم ( رواه البخارى)
Artinya: Abu Sualiman Malik ibn al-Huwayris
berkata: Kami, beberapa orang pemuda sebaya datang kepada Nabi saw.,
lalu kami menginap bersama beliau selama 20 malam. Beliau menduga bahwa kami
telah merindukan keluarga dan menanyakan apa yang kami tinggalkan pada
keluarga. Lalu, kami memberitahukannya kepada Nabi. Beliau adalah seorang yang
halus perasaannya dan penyayang lalu berkata: “Kembalilah kepada keluargamu!
Ajarlah mereka, suruhlah mereka dan salatlah kamu sebagaimana kamu melihat saya
mengerjakan salat. Apabila waktu salat telah masuk, hendaklah salah seorang
kamu mengumandangkan azan dan yang lebih senior hendaklah menjadi imam”. (HR.
Bukhari)
3. Memperhatikan Keadaan
Peserta Didik
عَنْ
ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَتَخَوَّلُنَا بِالْمَوْعِظَةِ فِي الْأَيَّامِ كَرَاهَةَ السَّآمَةِ
عَلَيْنَا. )رواه البخارى(
Artinya: Dari
Ibnu Mas'ud, Nabi SAW. selalu menyelingi hari-hari belajar untuk kami untuk
menghindari kebosanan kami. (HR. Bukhari)
4. Berlaku dan Berkata Jujur
عن
عمر بن الخطاب ... قاَلَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ قاَلَ ماَ
المْسَؤُْوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّاِئلِ.... (رواه البخارى ومسلم.)
Artinya: Umar bin Khatab meriwayatkan:
… Jibril berkata lagi,“Beritahukan kepadaku
tentang hari kiamat!”, Rasulullah SAW.menjawab: “tentang
masalah ini, saya tidak lebih tahu dari Anda. ...”(HR. Bukhari Muslim)
5. Menjawab Lebih Dari
Pada Yang Ditanyakan
عن
عبدالله بن عمر رضي الله عنه, أن رجلا سأل النبي صلى الله عليه وسلم مايَلْبَسُ الْمُحْرِمُ ؟ فقال: (لَا
يَلْبَسُ الْقَمِيصَ وَلَا الْعِمَامَةَ وَلَا السَّرَاوِيلَ وَلَا الْبُرْنُسَ
وَلَا ثَوْبًا مَسَّهُ الْوَرْسُ أَوْ الزَّعْفَرَانُ فَإِنْ لَمْ يَجِدْ
النَّعْلَيْنِ فَلْيَلْبَسْ الْخُفَّيْنِ وَلْيَقْطَعْهُمَا حَتَّى يَكُونَا
تَحْتَ الْكَعْبَيْنِ). (رواه البخاري ۱۳٤ )
Artinya: diriwayatkan dari Abdullah bin Umar RA. Bahwa adaseorang
laki-laki bertanya kepada Nabi SAW: “pakaian apa yang dikenakan oleh orang yang
berihram?” Rasulullah SAW menjawab: “orang yang berihram tidak boleh mengenakan
baju, serban , celana panjang, penutup kepala, pakaian yang dicelup wars (jenis
Tumbuhan) atau za’faran (jenis wewangian). Jika dia tidak mendapat sepasang
sandal, maka dia boleh memakai sepasang khuff (kaos kaki dari kulit) tetapi
harus di potong bagian atasnya sehingga tampak mata kakinya
E. Analisis
Hadist Tentang Konsep Pendidik dalam pendidikan islam
Seorang
pendidik harus memiliki sifat tawaduk, tidak merasa paling tahu atau serba
tahu. Bila ada hal-hal yang tidak diketahui dengan
jelas, ia sebaiknya mengembalikan persoalan itu kepada Allah. Bila ternyata ada
hal yang diragukan atau belum diketahui sama sekali, jangan segan mengatakan
"Allah Yang Maha tahu. Itu adalah salah satu bentuk sikap tawadhu'
seorang hamba yang
beriman dan bertaqwa.
Kandungan hadis yang kedua itu umum, termasuk
semua umat Islam, umat Nabi Muhammad SAW. juga pendidik. Pendidik harus
memiliki sifat kasih sayang kepada peserta didiknya agar mereka dapat menerima
pendidikan dan pengajaran dengan hati yang senang dan nyaman. Segala proses
edukatif yang dilakukan oleh pendidik harus diwarnai oleh
sifat kasih sayang ini.
Dalam
hadis ketiga ini terdapat informasi
bahwa Rasulullah saw. mengajar sahabat tidak setiap hari, tetapi ada waktu
belajar dan ada pula waktu istirahat. Hal
itu dilakukannya untuk menghindari kebosanan kepada pelajaran. Itu berarti
bahwa Rasulullah saw. memperhatikan kondisi para sahabat (peserta didik) dalam
mengajar. Peserta didik membutuhkan selingan waktu untuk beristirahat.
Menurut Muhammad Utsman Najati, di antara
temuan riset mutakhir dalam proses belajar ialah jadwal waktu belajar. Dengan
kata lain, dalam proses belajar harus ada jenjang waktu untuk istirahat.
Hal ini sangat penting dalam proses belajar yang tepat dan cepat.
Dengan mengatur jadwal waktu belajar, pelajaran yang akan disampaikan berikutnya
dapat dicerna dengan baik. Oleh karenanya, prinsip belajar dengan membagi
waktu belajar ini dapat menghilangkan rasa lelah dan bosan.
Dalam hadits keempat ini dijelaskan bahwa
Seorang pendidik harus bersifat jujur kepada peserta didiknya sebagaimana yang
dipertunjukkan oleh Nabi SAW. Seorang ilmuan, guru, dan pendidik harus
bersifat jujur dan terbuka. Bila ditanya orang tentang suatu hal yang tidak
diketahuinya, dia harus berani mengatakan tidak tahu. Jangan bergaya serba
tahu. Jangan mengada-ada untuk menjaga gengsi keilmuan.
Dalam hadits kelima dijelaskan bahwa seorang
pendidik harus mampu memberikan penjelasan yang sejelas-jelasnya dalam
memberikan jawaban kepada anak didik yang selalu aktif dalam menumbuhkan rasa
ingin tahuanya, oleh karena itu seorang pendidik dituntut untuk mempelajari
materi-materi yang akan diajarkan secara mendalam dengan memahami segala aspek
ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan begitu pada saat proses belajar
mengajar akan tercapai kesuksesan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Secara garis besar, konsepsi pendidikan dalam
Islam adalah mempertemukan pengaruh dasar dengan pengaruh ajar.
2.
Ayat – ayat alquran tentang konsep pendidik :
|
No
|
Surat
|
Ayat
|
No
|
Surat
|
Ayat
|
|
1
|
Qs. Al Fathir
|
28
|
6
|
Qs. Yusuf
|
108
|
|
2
|
Qs. Ali Imron
|
190, 7, 79
|
7
|
Qs. Nisa’
|
63
|
|
3
|
Qs. An Nahl
|
43
|
8
|
Qs. At Taubah
|
122
|
|
4
|
Qs. Isro’
|
105
|
9
|
Qs. Al Baqoroh
|
31, 151
|
|
5
|
Qs. Toha
|
54, 128
|
10
|
Qs. Al Hasr
|
2
|
3. Kosa kata yang secara eksplisit mengandung makna
melakukan tugas mendidik adalah mubasysyir wa nazir, muwaiz, mu’allim, murabbi,
muzakki, dan da’i. Sementara kosa kata lainnya yang mengandung
makna keunggulan atau kualitas personal atau kompetensi yang dimiliki seorang
pendidik adalah ahl al-zikr, ‘ulama, uli al-nuha, al-rasikhuna fi al-‘ilm,
ulul albab, faqih, dan ulil al-absar.
4. Hadits Hadits tentang konsep Pendidik
:
1. Hadits Bukhori tentang Tawadhu’
2.
Hadits Riwayat Bukhori tentang Sifat Lemah lembut dan Kaih sayang
3.
Hadits Riwayat Bukhori tentang Memperhatikan Keadaan
Peserta Didik
4. Hadits Riwayat Bukhori Muslim tentang Berlaku dan Berkata
Jujur
5. Hadits Riwayat
Bukhori tentang Menjawab Lebih Dari Pada Yang Ditanyakan
5. Untuk dapat menghasilkan
pendidik yang professional maka upaya peningkatan dan pengembangan kompetensi
pendidik mutlak diperlukan. diantara sifat-sifat yang harus
dimiliki seorang Pendidik antara alain :
1.
Tawadhu’
2.
Sifat Lemah lembut dan Kaih sayang
3.
Memperhatikan
Keadaan Peserta Didik
4. tentang Berlaku dan Berkata Jujur
5.
Menjawab Lebih Dari Pada Yang Ditanyakan
B. Saran
1. Sebagai Sebagai seorang mahasiswa/i PAI tentunya harus
mengetahui tentang konsep – konsep dalam ayat – ayat alquran tentang pendidikan
Islam. Maka dari itu disarankan agar
teman – teman mahasiswa/i
memahami berbagai wacana dan referensi mengenai hal-hal semacam ini
dengan tujuan untuk menunjang keilmuannya dan juga menunjang kefahamannya
terhadap Ilmu Pendidikan Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Afnibar, Memahami Profesi dan Kinerja Guru, (Jakarta:
The Minangkabau Foundation, 2005
Al-Attas, Syed Muhammad al-Naquib. Konsep
Pendidikan Islam. Cet. Ke-4. Bandung: Mizan, 1992.
Al-Gazali. Ihya` ‘Ulum ad-Din.Terj.
Maisir Thaib dan A. Thaher Hamidy. Medan: Pustaka Indonesia, 1966.
An-Nahlawi, Abdurrahman. Usul al-Tarbiyah
al-Islamiyah wa Asalibiha fi al-Baiti wa al-Madrasah wa al-Mujtama’. Beirut:
Dar al-Fikr, 1989.
As-Sajastani, Sulaiman bin al-Asy’ats Syidad
bin ‘Umaru al-Azdiy Abu Daud. Sunan Abi Daud,Juz 11. India:
Mathba’ Naul Kisywar, 1305 H.
As-Suyuti, Jalaluddin. Safwah al-Bayan li
al-Ma’ani al-Qur`an.
——-. Jami’ al-Ahadis, Juz 2.
Dep. Agama RI, Al-Qur`an dan Terjemahnya. Cet.
ke-5. Bandung: CV Diponegoro, 2007.
Echols, John M dan Hassan Shadily. Kamus
Inggris-Indonesia. Cet. XX. Jakarta: PT Gramedia, 1992.
Hamka, Tafsir al-Azhar, Juz II. Jakarta:
Pustaka Panjimas, 2002.
——-. Tafsir al-Azhar, Juz III. Jakarta:
Pustaka Panjimas, 2002.
——-. Tafsir al-Azhar, Juz IV, Cet. 3.
Jakarta: Pustaka Panjimas, 2002.
——-. Tafsir al-Azhar, Juz XVII. Jakarta:
Pustaka Panjimas, 2001.
Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional. Cet.
Ke-9. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010.
Mursi, Muhammad Munir. At-Tarbiyat
al-Islamiyah: Usuluha wa Tatwiruha fi al-Bilad al-’Arabiyah. Kairo: ‘Alam
al-Kutub, 1982.
Nasution, Harun. Falsafat dan Mistisisme
dalam Islam. Cet. 7. Jakarta: Bulan Bintang, 1990.
Pidarta, Made, Landasan Kependidikan:
Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia,Cet. 2 (Jakarta: Rineka Cipta,
2007.
Praja, Juhaya S. “Paradigma Pengembangan
Universitas Islam Negeri (Harapan dan Masa Depan UIN Malang),” dalam A. Malik
Fadjar, dkk., Horizon BaruPengembangan Pendidikan Islam Upaya Merespon
Dinamika Masyarakat Global. Malang: UIN Malang Press, 2004.
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:
Kalam Mulia, 2002.
Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah,
Volume 7. Jakarta: Lentera Hati, 2002.
——-. Tafsir al-Misbah, Volume 11.
Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Siddik, Dja’far. Konsep Dasar Ilmu Pendidikan
Islam. Bandung: Cita Pustaka Media, 2006.
Uno, Hamzah B. Profesi Kependidikan. Cet.
4. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
……………………………….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar